Thursday, May 8, 2014

Benarkah Nabi Muhammad Wafat Akibat Racun ?



Ada banyak riwayat tentang sakitnya Rasulullah saw. yang kemudian menyebabkan beliau wafat. Salah satunya adalah karena terserang flu akibat memakan daging beracun yang disuguhkan oleh seorang wanita Yahudi tiga atau empat tahun sebelumnya. Tetapi keadaan itu tidak berarti bahwa beliau tidak dilindungi oleh Allah (tidak maksum). Justru di situlah letak kemaksuman beliau. 

Racun yang dimasukkan ke dalam daging domba yang beliau makan itu sejatinya sangat ampuh dan cepat mematikan. Kalau saja yang terkena racun itu bukan beliau, bisa dipastikan orang itu langsung meninggal dunia tidak lama setelah memakannya. Akan tetapi Nabi saw. masih bertahan sampai tiga atau empat tahun kemudian. Beliau masih bisa melakukan dakwah secara normal, masih memimpin perang, masih menerima delegasi, dan masih menjalankan tugas-tugas lainnya sebagai nabi dan pemimpin umat.

Dalam hal ini, ada baiknya kita simak apa yang ditulis oleh Az-Zarqânî dalam bukunya, Syarh al-Mawâhib al-Ladunniyyah. Ia kurang lebih berkata begini, “Merupakan suatu mukjizat bahwa racun itu tidak memengaruhi beliau pada saat beliau memakannya. Sebab, orang-orang Yahudi berkeyakinan, ‘Kalau benar Muhammad adalah nabi, racun itu pasti tidak akan berpengaruh kepadanya, tetapi kalau ia adalah raja, kita akan terbebas darinya (maksudnya beliau pasti mati).’ Nah, ketika ternyata racun itu tidak mematikan beliau, orang-orang Yahudi akhirnya percaya bahwa beliau benar-benar nabi utusan Allah. Bahkan ada yang menyebutkan bahwa perempuan yang meracuni itu pun pada akhirnya memeluk Islam.”

Bahwa flunya beliau itu akibat pengaruh kecil dari racun, dapat kita baca dalam kitab Shahîh al-Bukhârî dan Shahîh Muslim (dua rujukan utama buku hadis). Di dalam dua buku hadis paling sahih itu Anas bin Malik ra. meriwayatkan bahwa seorang perempuan Yahudi memberi Rasulullah saw. daging kambing yang telah ia beri racun . Beliau lalu memakan daging itu. Perempuan Yahudi itu kemudian dibawa menemui Rasulullah saw. lalu ia berkata kepada beliau, “Aku hendak membunuhmu.” Rasulullah saw. lalu berkata, “Allah tidak akan mungkin memberi kemampuan kepadamu untuk membunuhku.” Para sahabat berkata kepada beliau, “Tidakkah kita bunuh saja perempuan ini?” Rasulullah saw. menjawab, “Jangan.” Anas bin Malik kemudian mengomentari riwayatnya, “Saya mengetahui bekas daging yang beliau makan tampak di katup tenggorokannya.”

Mengomentari riwayat Anas ini, Imam an-Nawawî dalam buku Syarh Shahîh Muslim, mengatakan, “Seolah-olah racun itu masih ada tanda dan bekasnya berupa warna kehitaman atau lainnya.”

Riwayat Anas bin Malik ini senada dengan riwayat Aisyah ra. yang juga kita temukan di dalam Shahîh al-Bukhârî, “Nabi saw. berkata ketika sakit yang menyebabkan beliau wafat, ‘Wahai Aisyah! Aku masih merasakan sakitnya (bekas) makanan yang aku makan di Khaibar (yang disuguhkan oleh perempuan Yahudi). Dan sekarang adalah waktu di mana pembuluh nadiku terputus dari racun itu.’”

Jadi, jika ada yang mengatakan bahwa nabi wafat tanpa mengalami sakit sama sekali, saya kira kurang tepat juga. Riwayat-riwayat yang sangat kuat semuanya menyebutkan bahwa beliau merasakan sakit yang seolah menandakan ajal beliau sudah dekat. Sakit semacam flu itu mulai beliau rasakan sekali-sekali –tidak dalam waktu lama atau sepanjang empat tahun– sejak memakan daging beracun di Khaibar. 

Banyak ulama yang mengomentari bahwa kematian beliau seperti itu merupakan kematian yang sangat mulia dan terhormat. Allah swt. seolah mempertemukan dua sebab kematian sekaligus: yakni mati biasa (sebagai seorang nabi yang memang sudah tua) dan mati syahid akibat racun seperti dapat kita pahami dari ungkapan beliau sendiri kepada Sayyidah Aisyah ra., “Aku masih merasakan sakitnya (bekas) makanan yang aku makan di Khaibar, dan sekarang adalah waktu di mana racun itu memutus pembuluh nadiku.”

Dan, sekali lagi, itu justru menunjukkan bahwa beliau dilindungi oleh Allah (maksum) yang dapat kita lihat dari kondisi beliau yang masih sehat wal afiat beberapa tahun setelah memakan daging beracun itu. Beliau hanya merasakan sakit sekali-sekali akibat bekas racun yang pada akhirnya menyebabkan beliau wafat.
Demikian, wallahu a’lam.

[M. Arifin - [M. Quraish Shihab - Dewan Pakar Pusat Studi al-Qur'an

Source : alfmagz.com

0 Comment:

Post a Comment