Ada banyak riwayat tentang sakitnya Rasulullah saw. yang kemudian
menyebabkan beliau wafat. Salah satunya adalah karena terserang flu
akibat memakan daging beracun yang disuguhkan oleh seorang wanita
Yahudi tiga atau empat tahun sebelumnya. Tetapi keadaan itu tidak
berarti bahwa beliau tidak dilindungi oleh Allah (tidak maksum). Justru
di situlah letak kemaksuman beliau.
Racun yang dimasukkan ke dalam daging domba yang beliau makan itu
sejatinya sangat ampuh dan cepat mematikan. Kalau saja yang terkena
racun itu bukan beliau, bisa dipastikan orang itu langsung meninggal
dunia tidak lama setelah
memakannya. Akan tetapi Nabi saw. masih bertahan sampai tiga atau empat
tahun kemudian. Beliau masih bisa melakukan dakwah secara normal, masih
memimpin perang, masih menerima delegasi, dan masih menjalankan
tugas-tugas lainnya sebagai nabi dan pemimpin umat.
Dalam hal ini, ada baiknya kita simak apa yang ditulis oleh Az-Zarqânî dalam bukunya, Syarh al-Mawâhib al-Ladunniyyah.
Ia kurang lebih berkata begini, “Merupakan suatu mukjizat bahwa racun
itu tidak memengaruhi beliau pada saat beliau memakannya. Sebab,
orang-orang Yahudi berkeyakinan, ‘Kalau benar Muhammad adalah nabi,
racun itu pasti tidak akan berpengaruh kepadanya, tetapi kalau ia adalah
raja, kita akan terbebas darinya (maksudnya beliau pasti mati).’ Nah,
ketika ternyata racun itu tidak mematikan beliau, orang-orang Yahudi
akhirnya percaya bahwa beliau benar-benar nabi utusan Allah. Bahkan ada
yang menyebutkan bahwa perempuan yang meracuni itu pun pada akhirnya
memeluk Islam.”
Bahwa flunya beliau itu akibat pengaruh kecil dari racun, dapat kita baca dalam kitab Shahîh al-Bukhârî dan Shahîh Muslim (dua rujukan utama buku hadis). Di dalam dua buku hadis paling sahih itu Anas bin
Malik ra. meriwayatkan bahwa seorang perempuan Yahudi memberi
Rasulullah saw. daging kambing yang telah ia beri racun . Beliau lalu
memakan daging itu. Perempuan Yahudi itu kemudian dibawa menemui
Rasulullah saw. lalu ia berkata kepada beliau, “Aku hendak membunuhmu.”
Rasulullah saw. lalu berkata, “Allah tidak akan mungkin memberi
kemampuan kepadamu untuk membunuhku.” Para sahabat berkata kepada
beliau, “Tidakkah kita bunuh saja perempuan ini?” Rasulullah saw.
menjawab, “Jangan.” Anas bin Malik kemudian mengomentari riwayatnya,
“Saya mengetahui bekas daging yang beliau makan tampak di katup
tenggorokannya.”
Mengomentari riwayat Anas ini, Imam an-Nawawî dalam buku Syarh Shahîh Muslim, mengatakan, “Seolah-olah racun itu masih ada tanda dan bekasnya berupa warna kehitaman atau lainnya.”
Riwayat Anas bin Malik ini senada dengan riwayat Aisyah ra. yang juga kita temukan di dalam Shahîh al-Bukhârî, “Nabi
saw. berkata ketika sakit yang menyebabkan beliau wafat, ‘Wahai Aisyah!
Aku masih merasakan sakitnya (bekas) makanan yang aku makan di Khaibar
(yang disuguhkan oleh perempuan Yahudi). Dan sekarang adalah waktu di
mana pembuluh nadiku terputus dari racun itu.’”
Jadi, jika ada yang mengatakan bahwa nabi wafat tanpa mengalami sakit
sama sekali, saya kira kurang tepat juga. Riwayat-riwayat yang sangat
kuat semuanya menyebutkan bahwa beliau merasakan sakit yang seolah
menandakan ajal beliau sudah dekat. Sakit semacam flu itu mulai beliau
rasakan sekali-sekali –tidak dalam waktu lama atau sepanjang empat
tahun– sejak memakan daging beracun di Khaibar.
Banyak ulama yang mengomentari bahwa kematian beliau seperti itu
merupakan kematian yang sangat mulia dan terhormat. Allah swt. seolah
mempertemukan dua sebab kematian sekaligus: yakni mati biasa (sebagai
seorang nabi yang memang sudah tua) dan mati syahid akibat racun seperti
dapat kita pahami dari ungkapan beliau sendiri kepada Sayyidah Aisyah
ra., “Aku masih merasakan sakitnya (bekas) makanan yang aku makan di
Khaibar, dan sekarang adalah waktu di mana racun itu memutus pembuluh
nadiku.”
Dan, sekali lagi, itu justru menunjukkan bahwa beliau dilindungi oleh
Allah (maksum) yang dapat kita lihat dari kondisi beliau yang masih
sehat wal afiat beberapa tahun setelah memakan daging beracun itu.
Beliau hanya merasakan sakit sekali-sekali akibat bekas racun yang pada
akhirnya menyebabkan beliau wafat.
Demikian, wallahu a’lam.
[M. Arifin - [M. Quraish Shihab - Dewan Pakar Pusat Studi al-Qur'an]
Source : alfmagz.com
0 Comment:
Post a Comment