Kata yakûn adalah kata kerja masa kini dan atau datang (mudhâri‘). benar bahwa ada proses dan rentang waktu dalam penciptaan alam, al-Qur’an menamainya enam hari. Kita tidak dapat memastikan apa yang dimaksud dengan enam hari itu. Yang jelas, kata hari tidak hanya digunakan dalam arti sehari semalam, atau 24 jam, tetapi bisa juga dalam arti periode. Berapa lama
satu periode, ini pun tidak ada penjelasannya dalam al-Qur’an dan
hadits. Boleh jadi, ilmuwan dapat memberi jawabannya, tetapi jawaban
mereka ketika itu, bukan sesuatu yang harus dipercaya sebagai ajaran
agama. Boleh-boleh saja setuju atau tidak. Demikian juga ketika
berbicara tentang penciptaan ‘Îsâ as., al-Qur’an menyatakan bahwa beliau
serupa dengan Âdam, Dia menciptakannya dari tanah, kemudian berkata kepadanya, “Jadilah,” maka jadilah dia (QS.
Âli ‘Imrân [3]: 59). Ini bukan berarti bahwa ‘Îsâ as. lahir sedemikian
cepat dan tanpa proses yang dialami oleh para ibu ketika melahirkan
bayinya. Bacalah QS. Maryam [19]: 16-26 yang menjelaskan proses tersebut
mulai kehamilan sampai detik-detik menjelang kelahiran putranya.
Kata kun dalam firman-Nya, Kun Fayakûn, digunakan untuk
menggambarkan betapa mudah Allah swt. menciptakan sesuatu dan betapa
cepat terciptanya sesuatu bila Dia menghendaki. Cepat dan mudahnya itu
diibaratkan dengan mengucapkan kata kun walaupun sebenarnya Allah
swt. tidak perlu mengucapkannya karena Dia tidak memerlukan suatu apa
pun untuk mewujudkan apa yang dikehendaki-Nya. Sekali lagi, kata kun hanya
melukiskan—bagi manusia—betapa Allah swt. tidak membutuhkan sesuatu
untuk mewujudkan kehendak-Nya dan betapa cepat sesuatu dapat terwujud
sama bahkan lebih cepat—jika Dia menghendaki—dari masa yang digunakan
manusia mengucapkan kata kun. Anda harus menggarisbawahi bahwa hal tersebut demikian bila Dia menghendaki. Penciptaan alam tidak dikehendaki-Nya sedemikian cepat, tetapi melalui proses, antara
lain agar manusia sadar bahwa proses itu bukanlah satu hal yang buruk
karena Allah swt. sendiri yang kuasa menciptakan sesuatu tanpa proses,
menciptakan alam raya dengan proses.
Kata lahu (kepadanya) dalam firman-Nya, Yaqûlu lahu, memberi kesan bahwa wujud sesuatu itu telah ada sebelum adanya kata “jadilah” karena Dia berkata kepadanya, yakni pada apa yang akan dijadikannya itu, “Jadilah.”
Kesan ini pada tempatnya. Dari sisi lain, dapat juga dikatakan bahwa
sesuatu yang diwujudkan itu, sebenarnya telah hadir dalam ilmu Tuhan
sebelum kehadirannya dalam kenyataan atau dalam pengetahuan makhluk.
Bukankah Dia mengetahui segala sesuatu sebelum, saat, dan sesudah
wujudnya? Demikian, wallâhu a‘lam.
[M. Quraish Shihab - Dewan Pakar Pusat Studi al-Qur'an]
Source : alifmagz.com
Tolong bantuannya saudara ku.. maknya kata "ia" itu apakah "sesuatu apa yang di kehendakinya " misalnya Allah berkehendak bumi ada 2 . Atau kah maknya "Allah" . Saya bingung ada yg nannyain arti kata "ia"..mohon bantuannya saudara
ReplyDelete