Dalam istilah fikih, seperti disebut dalam Ensiklopedi Fikih terbitan Kementerian Wakaf Kuwait, istikhârah
adalah meminta pilihan, yakni meminta agar keinginan atau tekad kita
diarahkan kepada apa yang dipilihkan oleh Allah, dengan cara
melaksanakan shalat atau membaca doa.
Shalat sunnah istikharah didasarkan pada hadis Nabi saw. yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari melalui Sahabat Jâbir r.a. bahwa
Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa hendak melakukan sesuatu (hamma bi al-amr: berkeinginan kuat untuk melakukan sesuatu), hendaklah ia melakukan shalat dua rakaat selain shalat fardu, kemudian berdoa: Allâhummâ
innî astakhîruka bi ‘ilmika wa astaqdiruka bi qudratika. Fa innaka
taqdiru wa lâ aqdir, wa ta‘lamu wa lâ a‘lam, wa anta ‘allâm al-ghuyûb.
Allâhumma in kunta ta‘lamu anna hâdza al-amr khairun lî fî dînî wa
ma‘âsyî wa ‘âqibati amri, fa uqdurhu lî wa yassirhu lî tsumma bârik lî
fîh. Wa in kunta ta‘lamu anna hâdza al-amr syarrun lî fî dînî wa ma‘âsyî
wa ‘âqibati amri, fa ishrifhu ‘annî wa ishrifnî ‘anhu, wa uqdur lî
al-khaira haitshu kâna tsumma ardhinî bih.” Doa tersebut mengandung arti demikian: Ya Allah, jika dalam pengetahuan-Mu persoalan ini
(apa yang menjadi keinginan kita) adalah baik bagiku dalam hal agamaku,
kehidupan duniaku, maupun akhiratku, takdirkanlah ia bagiku,
mudahkanlah ia untukku, kemudian berkahilah aku padanya. Dan jika dalam
pengetahuan-Mu persoalan ini adalah buruk bagiku dalam hal agamaku,
kehidupan duniaku, maupun akhiratku, palingkanlah ia dariku,
palingkanlah aku darinya, dan takdirkanlah bagi yang baik di mana pun ia
berada, kemudian jadikanlah aku rela menerimanya.
Lalu, jawabannya berupa apa? Jawaban dari shalat istikharah akan
tampak pada kemantapan hati pada apa yang hendak kita lakukan. Dalam
hadis yang lain, Rasulullah saw. pernah bersabda kepada Anas r.a.,
“Wahai Anas. Jika kamu hendak melakukan sesuatu, lakukanlah istikharah/
memohon pilihan dari Tuhanmu sebanyak tujuh kali, lalu lihatlah apa yang
terasa (mantap) di hatimu karena kebaikan
ada di situ.” (HR. Ibnu as-Sunni). Oleh karena itu, apabila kita sudah
melakukan shalat istikharah dan membaca doanya sesuai yang disunnahkan,
tetapi kemantapan hati tidak kunjung datang, itu pertanda bahwa
sebaiknya kita tidak melakukan apa yang kita rencanakan. Jadi, catatan
saya, dalam shalat istikharah kita bukan meminta jawaban terhadap apa
yang kita inginkan, tetapi meminta pilihan terbaik dari Allah. Boleh
jadi yang dipilih oleh Allah itu sama dengan yang kita inginkan, boleh
jadi juga tidak sama.
Sedangkan shalat hajat adalah adalah shalat sunnah untuk meminta
suatu keinginan atau kebutuhan tertentu. Dalam hadis yang diriwayatkan
oleh at-Tirmidzi dan Ibnu Majah disebutkan bahwa Rasulullah saw.
bersabda, “Barang siapa mempunyai suatu hajat (keinginan, kebutuhan)
dari Allah maupun dari sesama manusia, hendaklah ia berwudhu dengan
baik, kemudian melakukan shalat dua rakaat. Setelah itu memuji Allah dan
bershalawat kepada Nabi saw. dan berdoa: Lâ ilâha illâ Allâh
al-Halîm, al-Karîm. Subhânallâh rabb al-arsy al-‘azhîm, al-hamdu lillâhi
rabb al-‘âlamîn. As’aluka mûjibâti rahmatik wa ‘azâ’ima maghfiratik wa
al-ghanîmata min kulli birr wa as-salâmata min kulli itsm. Lâ tada‘ lî
dzamban illâ ghafartah wa lâ hamman illâ farrajtah, wa lâ hâjatan hiya
laka ridha illâ qadhaitahâ yâ arhama ar-râhimîn.” Arti doa itulah:
Tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Penyantun, Mahamulia. Mahasuci
Allah, Tuhan pemilik singgasana yang agung. Segala puji bagi Allah
Pemelihara alam semesta. Aku memohon kepada-Mu apa-apa yang menyebabkan
rahmat-Mu, yang membawa ampunan-Mu, apa-apa yang memperoleh keuntungan
pada setiap kebajikan, dan keselamatan dari setiap dosa. Janganlah
Engkau biarkan bagiku dosa kecuali Engkau ampuni, tidak pula suatu
persoalan kecuali Engkau berikan jalan keluarnya, dan tidak pula suatu
hajat yang Engkau ridhai kecuali Engkau kabulkan, wahai Tuhan Yang Maha
Pengasih dari segala yang pengasih.
Sebagai catatan, dalam memohon kepada Allah sebaiknya kita jangan
terburu-buru meminta dikabulkan. Rasulullah saw. bersabda, “Doa
seseorang pasti dikabulkan selama ia tidak minta disegerakan.” (HR
Bukhari dan Muslim). Jangan baru sekali-dua kali memohon lalu kita putus asa
karena Allah tidak kunjung mengabulkan permohonan kita. Allah pasti
akan mengabulkan permohonan kita. Cepat atau lambat. Sesuai dengan
keinginan kita, atau malah lebih baik dari yang kita inginkan.
Demikian, wallahu a’lam.
[Muhammad Arifin, Dewan Pakar Pusat Studi al-Qur'an]
Source : alifmagz.com
Assalamu'alaikum.. ana mau bertanya,apakah ana salah kalau ttp bersikeras menikah dngan orang yang ana sukai dan cintai,karena akhlak dan kepribadian nya bagus.? tetapi di balik semua itu istikharah berkata lain.. yaitu minus dan orang tua ana pun kurang menyetujuinya karena hasil istikharah lebih baik mundur.. gmna ini solusinya.? Kalau ana mundur,ana tidak mau.. kalau ana maju,ortu ana jadi penghalang,. Maaf ana minta solusinya..
ReplyDelete1.ana harus bagaimana cara meyakinkan kpda ortu ana.?
2.dan apakah ana salah kalau bersikeras menikah sengan pacar ana,sedangkan hasil istikharah minus.?