Sering kali kita menghadapi keadaan yang tampaknya baik tetapi sebenarnya dia
tidak baik buat kita. Atau sebaliknya, tampaknya tidak baik tapi
sebenarnya baik buat kita. Perang, misalnya. Tampaknya ia buruk, dan
jarang orang mau berperang. Tetapi Allah mewajibkan perang kepada umat
Islam dalam keadaan tertentu. Kita lihat firman-Nya: Diwajibkan atas
kamu berperang, padahal ia tidak kamu sukai. Boleh jadi kamu membenci
sesuatu padahal ia baik bagi kamu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu
padahal ia buruk bagi kamu. Dan Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak
mengetahui (QS al-Baqarah [2]: 216).
Ayat yang lebih dekat maknanya dengan perkawinan adalah firman-Nya sebagai berikut:
Wahai
orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mewarisi perempuan
dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak
mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya,
kecuali apabila mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Dan
bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut. Jika kamu tidak
menyukai mereka, (maka bersabarlah), karena boleh jadi kamu tidak
menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya.
(QS an-Nisa [3]: 19).
Pada ayat itu suami diingatkan untuk tetap
berbuat makruf (layak, patut) kepada istrinya. Karena boleh jadi dia
membenci sesuatu pada istrinya itu padahal ia baik bagi dirinya.
Begitu juga dalam hal memilih pasangan. Boleh jadi apa yang menjadi
pilihan kita sebagai calon suami-istri tampak baik, kita suka sama suka,
sudah ada kecocokan, tetapi sebenarnya calon pasangan itu tidak baik
buat kita. Ada kalanya sulit untuk “menebak” apakah calon ini
baik atau tidak baik buat kita. Oleh karena itu, ada shalat yang
disunnahkan untuk meminta Allah menunjukkan pilihan-Nya yang terbaik
buat kita atau agar kita mantap dalam pilihan kita. Yaitu shalat
istikharah.
Anda sudah melakukan shalat istikharah? Kalau belum, cobalah lakukan. Rasulullah saw. bersabda, “Apabila salah seorang di antara kalian ingin melakukan sesuatu, sebaiknya ia melakukan shalat dua rakaat selain shalat yang wajib. Seusai shalat membaca doa:
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pilihan terbaik-Mu berkat
pengetahuan-Mu, memohon takdir-Mu dengan kekuasaan-Mu, dan aku memohon
keutamaan-Mu yang amat besar. Karena sesungguhnya Engkau Mahakuasa,
sedangkan aku tidak kuasa. Engkau Mahatahu, sedangkan aku tidak tahu.
Engkau Maha Tahu hal-hal yang gaib. Ya Allah, jika dalam pengetahuan-Mu
persoalan ini (di sini disebutkan apa yang menjadi keinginannya) baik
bagiku dalam agamaku, kehidupanku, maupun masa depanku, maka
takdirkanlah ia untukku dan mudahkanlah ia untukku, kemudian berkahilah
aku padanya. Dan jika dalam pengetahuan-Mu persoalan ini buruk bagiku,
bagi agamaku, duniaku, maupun akhiratku, maka palingkanlah ia dariku,
dan palingkanlah aku darinya. Takdirkanlah untukku yang baik, di mana
pun kebaikan itu adanya. Kemudian ridhailah aku.” (HR Muslim). Cobalah lakukan shalat istikharah beberapa kali. Insya Allah setelah shalat istikharah akan ada kemantapan.
Jika pilihan kita itu berseberangan dengan kriteria orang tua, kita
lihat apakah kriteria itu masih dalam batas-batas yang ditoleransi agama
atau tidak. Misalnya, jika orang tua lebih memlih A yang dari keturunan
Bapak B yang dikenal baik, itu bisa dipertimbangkan untuk diterima.
Sebab, soal keturunan (nasab) merupakan salah satu yang perlu
dipertimbangkan dalam menentukan pilihan. Tetapi kalau kriteria itu
lebih kepada kriteria keduniaan (pangkat, partai politik, jabatan, dan
lain-lain), itu bisa diabaikan. Dan jika kriteria orang tua itu justru
mengandung unsur-unsur yang dapat membawa kepada kesyirikan, maka pada
saat itu anak harus tidak mengikuti perintah atau keinginan orang tua,
dengan tetap mempergaulinya secara patut. Saya ikut berdoa semoga ada
kecocokan antara pilihan Anda dan kriteria orangtua Anda. Amin.
Demikian, wallahu a’lam.
[Muhammad Arifin - Dewan Pakar Pusat Studi al-Qur'an]
Source: alifmagz.com
===
0 Comment:
Post a Comment