Sunday, February 23, 2014

Bagaimana Bila Orangtua Tidak Merestui Calon Pasangan Hidup?


Sering kali kita menghadapi keadaan yang tampaknya baik tetapi sebenarnya dia tidak baik buat kita. Atau sebaliknya, tampaknya tidak baik tapi sebenarnya baik buat kita. Perang, misalnya. Tampaknya ia buruk, dan jarang orang mau berperang. Tetapi Allah mewajibkan perang kepada umat Islam dalam keadaan tertentu. Kita lihat firman-Nya: Diwajibkan atas kamu berperang, padahal ia tidak kamu sukai. Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia baik bagi kamu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia buruk bagi kamu. Dan Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui (QS al-Baqarah [2]: 216).

Ayat yang lebih dekat maknanya dengan perkawinan adalah firman-Nya sebagai berikut:  

Wahai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mewarisi perempuan dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, kecuali apabila mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut. Jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah), karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya. (QS an-Nisa [3]: 19). 

Pada ayat itu suami diingatkan untuk tetap berbuat makruf (layak, patut) kepada istrinya. Karena boleh jadi dia membenci sesuatu pada istrinya itu padahal ia baik bagi dirinya.

Begitu juga dalam hal memilih pasangan. Boleh jadi apa yang menjadi pilihan kita sebagai calon suami-istri tampak baik, kita suka sama suka, sudah ada kecocokan, tetapi sebenarnya calon pasangan itu tidak baik buat kita. Ada kalanya sulit untuk “menebak” apakah calon ini baik atau tidak baik buat kita. Oleh karena itu, ada shalat yang disunnahkan untuk meminta Allah menunjukkan pilihan-Nya yang terbaik buat kita atau agar kita mantap dalam pilihan kita. Yaitu shalat istikharah.

Anda sudah melakukan shalat istikharah? Kalau belum, cobalah lakukan. Rasulullah saw. bersabda, “Apabila salah seorang di antara kalian ingin melakukan sesuatu, sebaiknya ia melakukan shalat dua rakaat selain shalat yang wajib. Seusai shalat membaca doa: Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pilihan terbaik-Mu berkat pengetahuan-Mu, memohon takdir-Mu dengan kekuasaan-Mu, dan aku memohon keutamaan-Mu yang amat besar. Karena sesungguhnya Engkau Mahakuasa, sedangkan aku tidak kuasa. Engkau Mahatahu, sedangkan aku tidak tahu. Engkau Maha Tahu hal-hal yang gaib. Ya Allah, jika dalam pengetahuan-Mu persoalan ini (di sini disebutkan apa yang menjadi keinginannya) baik bagiku dalam agamaku, kehidupanku, maupun masa depanku, maka takdirkanlah ia untukku dan mudahkanlah ia untukku, kemudian berkahilah aku padanya. Dan jika dalam pengetahuan-Mu persoalan ini buruk bagiku, bagi agamaku, duniaku, maupun akhiratku, maka palingkanlah ia dariku, dan palingkanlah aku darinya. Takdirkanlah untukku yang baik, di mana pun kebaikan itu adanya. Kemudian ridhailah aku.” (HR Muslim). Cobalah lakukan shalat istikharah beberapa kali. Insya Allah setelah shalat istikharah akan ada kemantapan.

Jika pilihan kita itu berseberangan dengan kriteria orang tua, kita lihat apakah kriteria itu masih dalam batas-batas yang ditoleransi agama atau tidak. Misalnya, jika orang tua lebih memlih A yang dari keturunan Bapak B yang dikenal baik, itu bisa dipertimbangkan untuk diterima. Sebab, soal keturunan (nasab) merupakan salah satu yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan pilihan. Tetapi kalau kriteria itu lebih kepada kriteria keduniaan (pangkat, partai politik, jabatan, dan lain-lain), itu bisa diabaikan. Dan jika kriteria orang tua itu justru mengandung unsur-unsur yang dapat membawa kepada kesyirikan, maka pada saat itu anak harus tidak mengikuti perintah atau keinginan orang tua, dengan tetap mempergaulinya secara patut. Saya ikut berdoa semoga ada kecocokan antara pilihan Anda dan kriteria orangtua Anda. Amin.
Demikian, wallahu a’lam.

[Muhammad Arifin - Dewan Pakar Pusat Studi al-Qur'an

Source: alifmagz.com
===

0 Comment:

Post a Comment