Kata “naas” terambil dari akar kata bahasa Arab nahs yang biasa diterjemahkan sial. Kata ini ditemukan dua kali dalam al-Qur’an. Yang pertama berbentuk tunggal dalam kata “hari sial” (yawm nahs) dalam ayat 19 surah al-Qamar (QS. al-Qamar [54]: 19) dan yang kedua berbentuk jamak dalam kata “hari-hari sial” (ayyâm nahisât) dalam ayat 16 surah Fushshilat (QS. Fushshilat [41]: 16).
Kedua ayat itu (“hari sial” dan “hari-hari sial”) diungkapkan
al-Qur’an dalam konteks penjelasannya tentang siksaan yang melanda kaum
‘Ad yang durhaka kepada Allah. Dalam ayat 7 surah al-Hâqqah dijelaskan
bahwa hari-hari itu berlangung selama tujuh hari dan delapan malam.
Beberapa kitab tafsir meriwayatkan bahwa hari sial itu adalah hari
Rabu, sementara hari-hari sial yang tujuh hari itu bermula dari hari
Rabu. Ada juga yang menyatakan bahwa hari sial bermula dari hari Jumat.
Pendapat yang dikutip dalam kitab-kitab tafsir ini tidak bersumber dari
kitab-kitab hadits standar. Misalnya, Ibnu Katsîr, seorang pakar
al-Qur’an dan hadits, sekadar mengutip dan menyatakan bahwa pendapat itu
diriwayatkan oleh Al-Baghâwî. Tokoh al-Baghâwî ini dikenal oleh para
kritikus kitab tafsir sebagai amat gandrung mengutip pendapat-pendapat
aneh, kisah-kisah, dan pendapat yang bersumber dari budaya Yahudi dan
Nasrani atau yang dikenal dengan istilah Israiliyat.
Memang, ada beberapa riwayat yang menginformasikan bahwa ada
hari-hari sial. Akan tetapi, nilai riwayat-riwayat itu lemah. Riwayat
yang paling kuat bernilai mursal dalam arti bahwa ia dinisbahkan kepada Nabi Muhammad saw. tanpa melalui sahabatnya. Nilai hadits semacam ini tidak dapat dijadikan argumentasi keagamaan.
Jika Anda mengamati ayat-ayat al-Qur’an di atas, maka Anda melihat
bahwa hari-hari sial bukan hanya satu hari, tetapi tujuh hari secara
berturut-turut. Perhatikan kembali ayat 16 surah Fushshilat dan ayat 7
surah al-Hâqqah yang dikutip di atas. Ini berarti bukan hanya hari Rabu,
tetapi seluruh hari dan malam dalam seminggu. Namun, di sisi lain,
al-Qur’an juga secara tegas menyatakan bahwa ada malam yang penuh berkah
(QS. ad-Dukhân [44]: 3). Ada juga Malam Kemuliaan (Laylah al-Qadr), dan ini berarti bahwa malam-malam itu bukanlah malam-malam sial.
Dengan demikian, kedua ayat yang berbicara tentang hari sial itu
tidak boleh dipahami sebagai adanya hari-hari tertentu yang sial. Ia
harus dipahami dalam arti bahwa ada kejadian-kejadian yang tidak
menyenangkan seseorang yang terjadi di siang atau malam hari. Kemudian,
saat-saat itu dinamai hari-hari atau malam-malam sial. Memang bahasa
sering kali menisbahkan sesuatu kepada tempat, waktu, atau keadaan.
Al-Qur’an, misalnya menyatakan makr al-layl (QS. Saba’ [34]: 33)
yang diterjemahkan secara harfiah sebagai “tipu daya malam”, tetapi
maksudnya adalah tipu daya yang terjadi di malam hari. Was’al alqaryah
(QS. Yûsuf [12]: 82)—yang bila diterjemahkan secara harfiah sebagai
“Dan tanyalah desa”, tapi ia berarti tanyailah penduduk yang bertempat
tinggal di desa.
Rasulullah saw. mengingatkan dalam sabdanya, “Janganlah mencerca masa, karena Allah adalah (yang mengatur) masa.”
Dengan demikian, tidak dibenarkan menjatuhkan kesalahan atau keburukan
kepada waktu tertentu, dengan menyatakan hari sial atau hari mujur.
Sebagian ulama—antara lain, Syaikh Muhammad ‘Abduh—berpendapat bahwa
sebab turunnya surah al-‘Ashr adalah bahwa ketika itu sebagian orang
yang gagal dalam usahanya mengeluh di waktu asar bahwa harinya adalah
hari sial. Karenanya, surah itu menguraikan bahwa kegagalan dan sukses
bukanlah disebabkan oleh waktu, tetapi—antara lain—oleh usaha manusia.
Oleh sebab itu, rugilah mereka yang tidak beriman dan beramal, serta
tidak saling berwasiat tentang kebenaran dan ketabahan.
Kita harus yakin bahwa hanya Allah sajalah Yang Maha Kuasa. Dialah
Pengatur siang dan malam dan Dialah juga yang menguasainya. Mempercayai
adanya penguasa selain Allah atau mempercayai bahwa hari dan malam dapat
mempengaruhi keadaan mujur atau sial tanpa keterlibatan Allah dapat
mengantarkan kepada kemusyrikan atau menyekutukan-Nya dengan sesuatu.
[M. Quraish Shihab - Dewan Pakar Pusat Studi al-Qur'an]
Source : alifmagz.com
0 Comment:
Post a Comment