Sunday, January 26, 2014

SENI YANG BERTASBIH


Salah satu fitrah manusia adalah kemampuan untuk menangkap, merasakan, dan mengolah keindahan. Itulah antara lain fungsi indra-indra yang dititipkan Allah kepadanya. Dengan demikian, manusia bisa merenungi keagungan dan kebesaran Sang Pencipta serta menghayati setiap lekuk keindahan ciptaan-Nya.

Jiwa manusia, sesuai dengan fitrahnya, cenderung kepada keindahan, peka terhadap sentuhan pergerakan semesta dan apa yang terjadi di dalamnya. Tanpanya, akan sulit bagi manusia untuk memahami hikmah yang tersebar atau tergerak untuk menghasilkan kebaikan.

Apa yang diterima oleh jiwa, pada akhirnya akan diekspresikan oleh jiwa. Jiwa yang merasakan keindahan akan tergerak untuk mengekspresikan keindahan itu dengan berbagai cara yang diketahuinya. Berbagai emosi, interaksi, perubahan alam, peristiwa kehidupan, yang ditangkap olehnya, dapat disalurkan menjadi bentuk keindahan selanjutnya.

Maka dari itu, kepekaan jiwa ini harus dijaga. Kelembutan hati dalam merasakan kasih sayang dan kebersihannya sehingga mudah menerima kebenaran juga berkaitan dengan kesehatan 
jiwa manusianya.

Islam adalah agama yang sejalan dengan fitrah manusia. Maka ia tidak menolak keindahan atau ekspresi akan keindahan itu sendiri. Rasulullah saw. pun bersabda, “Sesungguhnya Allah itu indah, mencintai keindahan, kesombongan adalah menolak kebenaran dan membenci manusia.” (HR. Muslim). Hasil karya manusia yang bernilai dan bercita rasa tinggi atau biasa disebut sebagai karya seni merupakan ekspresi keindahan itu. Seni menjadi sarana ekspresi dan komunikasi, yang menghibur sekaligus menyentuh nilai terdalam dalam diri manusia.

Saat ‘Aisyah binti Abu Bakar menikahkan seorang wanita dengan laki-laki Anshar, Rasulullah saw.bersabda, “Wahai ‘Aisyah, tidak adakah kalian mempunyai hiburan (nyanyian). Sesungguhnya orang-orang Anshar menyukai hiburan (nyanyian).” (HR. Bukhari dan Muslim).

Sebagai muslim, patutlah seni yang kita hasilkan beriringan dengan nilai-nilai Islam. Yaitu seni yang memelihara fitrah sekaligus menguatkan hakikat manusia, yang mengarahkan pada kesadaran akan keagungan Ilahi, yang menyentuh hati manusia untuk mendekat kepada-Nya.

Pertemuan antara keindahan dengan pemeliharaan jiwa yang mengarah pada Mahapencipta segala keindahan adalah muara seni Islami. Seni yang menjunjung kebenaran, bukan yang melalaikan dan merendahkan martabat manusia. Seni yang merupakan bagian dari tasbih kita sebagai manusia kepada-Nya, sebagaimana tasbih seluruh alam.

Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (QS. Al-Isra’: 44). [aca]

 Source : alifmagz.com

0 Comment:

Post a Comment