Ketika berkenalan dengan seseorang dan timbul keinginan untuk menikahinya, hati kita terkadang sedemikian yakin bahwa orang ini adalah jodoh kita namun terkadang pula timbul keraguan akan hal itu.
Keyakinan itu lahir dari pengetahuan. Pengetahuan itu bisa datang
sendiri (sering disebut ilham, intuisi), bisa juga kita cari lalu kita
dapatkan. Kedua-duanya tidak lepas dari peran besar Allah Yang Mahaluas
ilmu-Nya.
Kalau masih dalam status pacaran, sangat boleh jadi orang itu bukan
jodoh Anda. Lamanya masa pacaran, kemudian adanya kecocokan selama masa
pacaran, terbukti tidak menjamin bahwa hubungan itu akan berlangsung
baik setelah perkawinan. Cukup banyak orang yang menghabiskan waktu
pacara lima-enam tahun, selama masa itu mereka “merasa” telah menemukan
kecocokan, lalu menikah, ternyata belum satu tahun mereka bercerai. Ini apa artinya? Pasti ada yang salah dalam persepsi kedua orang itu mengenai makna “kecocokan”.
Salah satu patokan untuk mengukur kecocokan adalah niat tulus
setulus-tulusnya bahwa menjalin hubungan semata-mata demi untuk mencapai
keridhaan Allah. Implikasinya, Anda berdua tidak akan melakukan apa-apa
yang terlarang sebelum bersumpah setia di hadapan Allah: menikah.
Karena perkawinan memang merupakan ikatan yang suci.
Nah, kalau Anda sudah merasa memiliki orientasi yang benar dalam
menjalin hubungan ini, lalu calon Anda meninggalkan Anda, boleh jadi dia
punya orientasi lain yang lebih bersifat kenikmatan dunia saja. Atau
malah sebaliknya. Kalau sudah begitu, sangat boleh jadi tidak ada
kecocokan.
Wallahu a’lam.
[Muhammad Arifin - Dewan Pakar Pusat Studi Al-Qur'an]
Source : alifmagz.com
0 Comment:
Post a Comment