Salah satu fitrah manusia adalah kemampuan untuk menangkap,
merasakan, dan mengolah keindahan. Itulah antara lain fungsi indra-indra
yang dititipkan Allah kepadanya. Dengan demikian, manusia bisa
merenungi keagungan dan kebesaran Sang Pencipta serta menghayati setiap
lekuk keindahan ciptaan-Nya.
Jiwa manusia, sesuai dengan fitrahnya, cenderung kepada keindahan,
peka terhadap sentuhan pergerakan semesta dan apa yang terjadi di
dalamnya. Tanpanya, akan sulit bagi manusia untuk memahami hikmah yang
tersebar atau tergerak untuk menghasilkan kebaikan.
Apa yang diterima oleh jiwa, pada akhirnya akan diekspresikan oleh
jiwa. Jiwa yang merasakan keindahan akan tergerak untuk mengekspresikan
keindahan itu dengan berbagai cara yang diketahuinya. Berbagai emosi,
interaksi, perubahan alam, peristiwa kehidupan, yang ditangkap olehnya,
dapat disalurkan menjadi bentuk keindahan selanjutnya.
Maka dari itu, kepekaan jiwa ini harus dijaga. Kelembutan hati dalam
merasakan kasih sayang dan kebersihannya sehingga mudah menerima
kebenaran juga berkaitan dengan kesehatan
jiwa manusianya.
Islam adalah agama yang sejalan dengan fitrah manusia. Maka ia tidak
menolak keindahan atau ekspresi akan keindahan itu sendiri. Rasulullah
saw. pun bersabda, “Sesungguhnya Allah itu indah, mencintai keindahan, kesombongan adalah menolak kebenaran dan membenci manusia.”
(HR. Muslim). Hasil karya manusia yang bernilai dan bercita rasa tinggi
atau biasa disebut sebagai karya seni merupakan ekspresi keindahan itu.
Seni menjadi sarana ekspresi dan komunikasi, yang menghibur sekaligus
menyentuh nilai terdalam dalam diri manusia.
Saat ‘Aisyah binti Abu Bakar menikahkan seorang wanita dengan
laki-laki Anshar, Rasulullah saw.bersabda, “Wahai ‘Aisyah, tidak adakah
kalian mempunyai hiburan (nyanyian). Sesungguhnya orang-orang Anshar
menyukai hiburan (nyanyian).” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sebagai muslim, patutlah seni yang kita hasilkan beriringan dengan
nilai-nilai Islam. Yaitu seni yang memelihara fitrah sekaligus
menguatkan hakikat manusia, yang mengarahkan pada kesadaran akan
keagungan Ilahi, yang menyentuh hati manusia untuk mendekat kepada-Nya.
Pertemuan antara keindahan dengan pemeliharaan jiwa yang mengarah
pada Mahapencipta segala keindahan adalah muara seni Islami. Seni yang
menjunjung kebenaran, bukan yang melalaikan dan merendahkan martabat
manusia. Seni yang merupakan bagian dari tasbih kita sebagai manusia
kepada-Nya, sebagaimana tasbih seluruh alam.
Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih
kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan
memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (QS. Al-Isra’: 44). [aca]
Source : alifmagz.com