وَلَقَدْ
كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ…
”Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam...”.
(Q.S. Al-Isra'/17: 70).
لَا إِكْرَاهَ فِي
الدِّينِ…
”Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam)...”. (Q.S. al-Baqarah/2: 256).
…مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الْأَرْضِ
فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا
النَّاسَ جَمِيعًا…
“...Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan
karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di
muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan
barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia
telah memelihara kehidupan manusia semuanya…”. (Q.S.
al-Maidah/5: 32).
وَلَوْ شَاءَ
رَبُّكَ لَآمَنَ مَنْ فِي الْأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا أَفَأَنْتَ تُكْرِهُ
النَّاسَ حَتَّى يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ (99)
“Dan
jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi
seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi
orang-orang yang beriman semuanya? “(Q.S. Yunus/10:
99).
إِنَّكَ لَا
تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ
بِالْمُهْتَدِينَ (56)
“Sesungguhnya
kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi
Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya”, (Q.S.
al-Qashash/28: 56).
لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي
الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ…
Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil
terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula)
mengusir kamu dari negerimu... (Q.S.
al-Mumtahanah/60: 8).
وَإِنْ أَحَدٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ
حَتَّى يَسْمَعَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ أَبْلِغْهُ مَأْمَنَهُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ
قَوْمٌ لَا يَعْلَمُونَ (6)
Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta
perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman
Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya. Demikian itu
disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui. (Q.S.
al-Taubah/9: 6).
أَلَا
مَنْ ظَلَمَ مُعَاهِدًا، أَوِ انْتَقَصَهُ، أَوْ كَلَّفَهُ فَوْقَ طَاقَتِهِ، أَوْ
أَخَذَ مِنْهُ شَيْئًا بِغَيْرِ طِيبِ نَفْسٍ، فَأَنَا حَجِيجُهُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ
“Barang siapa yang mendhalimi orang-orang yang
menjalin perjanjian damai (mu’ahhad) atau melecehkan mereka, atau membebaninya
sesuatu di luar kesanggupannya, atau mengambil hartanya tanpa persetujuannya,
maka saya akan menjadi lawannya nanti di hari kemudian” (HR. Abu Daud, 3052, III/170).
نحن
نَحْكُم بالظاهر والله يتولى السرائر
Kita hanya menghukum apa yang tampak, Allah
yang Maha Mengetahui apa yang tersembunyi dalam hati.
Anas ibn malik meriwayatkan:
كَانَ غُلاَمٌ يَهُودِيٌّ
يَخْدُمُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَمَرِضَ، فَأَتَاهُ النَّبِيُّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعُودُهُ، فَقَعَدَ عِنْدَ رَأْسِهِ، فَقَالَ لَهُ:
«أَسْلِمْ»، فَنَظَرَ إِلَى أَبِيهِ وَهُوَ عِنْدَهُ فَقَالَ لَهُ: أَطِعْ أَبَا القَاسِمِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَسْلَمَ، فَخَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَهُوَ يَقُولُ: «الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْقَذَهُ مِنَ النَّارِ»
Ada seorang laki-laki yahudi sedang sakit keras lalu Nabi saw.
diberitahukan akan keadaan itu. Selanjutnya Nabi saw. membesuknya dan duduk di
samping pemuda itu. Nabi menawarkan seandainya pemuda itu berkenan untuk
mengenal dan masuk agama Islam. Pemuda itu menatap ayahnya yang kebetulan ada
di sampingnya. Ayahnya menyarankan agar anaknya mendengarkan seruan itu dengan
mengatakan: Dengarkanlah apa yang disampaikan oleh Abul Qasim (Nabi saw.), lalu
pemuda itu mengucapkan dua kalimat syahadat. Kemudian Nabi saw. keluar sambil bersabda: "Segala puji
bagi Allah yang telah menyelamatkan anak itu dari neraka".
(HR. Bukhari, 1356, II/94).
لَا
يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ
يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ
اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ (8) إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ
قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى
إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ
الظَّالِمُونَ (9)
Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil
terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula)
mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu
orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu
dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barang siapa menjadikan mereka
sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang lalim.
(Q.S. al-Mumtahanah/60: 8-9).
إِنَّ
الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ…
“Sesungguhnya
agama di sisih Allah ialah Islam…”(QS.
Ali ‘Imraan/3: 19)
وَمَنْ
يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ…
Barangsiapa mencari agama selain
agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya... (Q.S. Ali ‘Imran/3: 85).
Upaya untuk mengajak orang lain memilih Islam
dilakukan dengan bijaksana, sebagaimana ditegaskan di dalam ayat-Nya:
ادْعُ
إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ
بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ …
(125)
“Ajaklah orang-orang ke jalan Tuhanmu dengan penuh
kebijakan (hikmah), dengan nasehat yang baik, dan ajaklah berdialog dengan
cara-cara yang lebih baik…”
(QS. al-Nahl/16: 125)
نَعَمْ، صِلِي أُمَّكِ
“Sambutlah ibu dan bersilaturrahimlah dengannya”. (HR.
Bukhari, 2620, III/164 dan Muslim, 1003, II/696).
Riwayat lain dari ‘Aisyah ra (w. 58 H) menceritakan :
دَخَلَ
رَهْطٌ مِنَ اليَهُودِ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
فَقَالُوا: السَّامُ عَلَيْكُمْ، قَالَتْ عَائِشَةُ: فَفَهِمْتُهَا فَقُلْتُ:
وَعَلَيْكُمُ السَّامُ وَاللَّعْنَةُ، قَالَتْ: فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَهْلًا يَا عَائِشَةُ، إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ
الرِّفْقَ فِي الأَمْرِ كُلِّهِ» فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَوَلَمْ
تَسْمَعْ مَا قَالُوا؟ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
" قَدْ قُلْت: وَعَلَيْكُمْ "
...sekelompok Yahudi datang kepada Nabi sambil mengatakan: “Assamu
alaikum” (kebinasaan atasmu), lalu Aisyah menjawab: “Waalaikumussam wa
al-la’nah” (atasmu juga kebinasaan dan laknat). Mendengarkan isterinya menjawab
salam seperti itu, maka Nabi menegur: Pelan-pelan wahai Aisyah, sesungguhnya
swt. menyukai kelembutan dalam setiap perkara”. Aisyah membela: “Apakah engkau
tidak mendengar apa yang mereka katakana kepadamu?” Nabi menjawab: “Engkau
telah menjawab dengan kata wa’alaikum”. (HR. Bukhari,
6024, VIII/12 dan Muslim, 2165, IV/1706).
أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا
فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ؟ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ
“...Maukah kamu aku kutunjukkan kepada
sesuatu yang apabila kamu lakukan kamu akan saling mencintai? Yaitu sebarkanlah
salam di antara kamu” (HR. Muslim, 93, I/74).
Hadis ini sejalan dengan ayat:
وَإِذَا حُيِّيتُمْ
بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا إِنَّ اللَّهَ كَانَ
عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيبًا (86)
“Dan jika dihormati dengan suatu penghormatan,
balaslah penghormatan itu dengan dengan yang lebih baik dari padanya (yang
serupa).” (Q.S. al-Nisa’/4: 86).
لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ
عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ
أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
(8)
“Allah tidak melarang kamu kalian berbakti
kepada mereka yang tidak memerangi dan tidak mengeluarkan kamu kalian daripada
rumah-rumah kamu”. (Q.S. al-Mumtahanah/60: 8)
Dan di antara melakukan kebaikan adalah memberi
salam kepada mereka. Nabi Ibrahim memberi salam kepada ayahnya yang non-muslim.
قَالَ سَلَامٌ عَلَيْكَ
سَأَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّي إِنَّهُ كَانَ بِي حَفِيًّا (47)
Dia (Ibrahim)
berkata, "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memohonkan
ampunan bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku.
(Q.S. Maryam/19: 47),
اسْتَعْمَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلًا مِنَ الأَزْدِ، يُقَالُ لَهُ ابْنُ الأُتْبِيَّةِ
عَلَى الصَّدَقَةِ، فَلَمَّا قَدِمَ قَالَ: هَذَا لَكُمْ وَهَذَا أُهْدِيَ لِي،
قَالَ: «فَهَلَّا جَلَسَ فِي بَيْتِ أَبِيهِ أَوْ بَيْتِ أُمِّهِ، فَيَنْظُرَ
يُهْدَى لَهُ أَمْ لاَ؟ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لاَ يَأْخُذُ أَحَدٌ مِنْهُ
شَيْئًا إِلَّا جَاءَ بِهِ يَوْمَ القِيَامَةِ يَحْمِلُهُ عَلَى رَقَبَتِهِ، إِنْ
كَانَ بَعِيرًا لَهُ رُغَاءٌ، أَوْ بَقَرَةً لَهَا خُوَارٌ، أَوْ شَاةً تَيْعَرُ»
ثُمَّ رَفَعَ بِيَدِهِ حَتَّى رَأَيْنَا عُفْرَةَ إِبْطَيْهِ: «اللَّهُمَّ هَلْ
بَلَّغْتُ، اللَّهُمَّ هَلْ بَلَّغْتُ» ثَلاَثًا
“Nabi Muhammad Saw mempekerjakan seorang laki-laki dari suku
al-Azdi bernama Ibnu Lutbiah sebagai pemungut zakat. Ketika datang dari
tugasnya, dia berkata: Hadza lakum wa hadza ahdiya liy (Ini untuk kalian
sebagai zakat dan ini dihadiahkan untukku). Nabi saw. menanggapi kasus ini
dengan mengatakan: ”Kalau engkau duduk saja di rumah ayahnya atau ibumu
menunggu, apakah ada yang akan memberikan kepadamu hadiah? Dan demi Dzat yag
jiwaku di tangan-Nya, tidak seorangpun yang mengambil sesuatu dari zakat ini,
kecuali dia akan datang pada hari kiamat dengan dipikulkan di atas lehernya
berupa unta yang berteriak, atau sapi yang melembuh atau kambing yang
mengembik”. Kemudian beliau
mengangkat tangannya, sehingga terlihat oleh kami ketiak beliau yang putih dan (berkata,):
“Ya Allah bukankah aku sudah sampaikan, bukankah aku sudah sampaikan”, sebanyak
tiga kali (Al-Bukhari, 2597, III/159)Demi Allah yang jiwa Muhamad di tangan-Nya
tiada seorang yang menyembunyikan sesuatu (korupsi), melainkan ia akan
menghadap di hari kiamat memikul di atas lehernya.
لَا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ
الْمُؤْمِنِينَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ فِي شَيْءٍ إِلَّا
أَنْ تَتَّقُوا مِنْهُمْ تُقَاةً وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ وَإِلَى
اللَّهِ الْمَصِيرُ (28)
"Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir
menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat
demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat)
memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah
memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah
kembali(mu)". (Q.S. Ali 'Imran/3: 28).
أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ
فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا، وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ خَلَّةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ
فِيهِ خَلَّةٌ مِنْ نِفَاقٍ حَتَّى يَدَعَهَا: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا عَاهَدَ
غَدَرَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ
“Ada empat ciri
munafiq bila terdapat di dalam dirinya salahsatu dari empat tersebut maka dianggap kaum munafiq sampai ia
tinggalkan. Bila dipercaya ia khiyanat, bila bicara ia dusta, bila berjanji ia
tidak tepati, dan bila bersengketa ia
curang”. (H.R. Bukhari, 2459, III/131 dan Muslim, 106, I/78).
وَلَا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَاثًا
تَتَّخِذُونَ أَيْمَانَكُمْ دَخَلًا بَيْنَكُمْ أَنْ تَكُونَ أُمَّةٌ هِيَ أَرْبَى
مِنْ أُمَّةٍ إِنَّمَا يَبْلُوكُمُ اللَّهُ بِهِ وَلَيُبَيِّنَنَّ لَكُمْ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ مَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ (92)
“Dan
janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah
dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah
(perjanjian) mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu
golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Sesungguhnya
Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. Dan sesungguhnya di hari kiamat akan
dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu.” (Q.S.
al-Nahl/16: 92).
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ
بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ
الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ (90)
"Sesungguhnya Allah menyuruh
(kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan
Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan." (Q.S.
al-Nahl/16: 90).
Tentang tujuan penciptaan perempuan di dalam al-Qur'an, tidak
terdapat perbedaan penciptaan laki-laki, yaitu sebagai khalifah (Q.S.
al-An'am/6: 165)
وَهُوَ ٱلَّذِى جَعَلَكُمْ خَلَٰٓئِفَ ٱلْأَرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَٰتٍ لِّيَبْلُوَكُمْ فِى مَآ ءَاتَىٰكُمْ إِنَّ رَبَّكَ سَرِيعُ ٱلْعِقَابِ وَإِنَّهُۥ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌۢ ﴿١٦٥﴾
Dan
Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi dan Dia mengangkat
(derajat) sebagian kamu di atas yang lain, untuk mengujimu atas (karunia) yang
diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat memberi hukuman dan
sungguh, Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang.
dan sebagai hamba (Q.S.Al-Dzariyat/51: 56).
Aku
tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.
Kedua fungsi ini diemban manusia semenjak awal penciptaannya,
terutama yang tercermin di dalam perjanjian primordial manusia dengan Tuhannya
(Q.S. al-A'raf/7: 172).
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنۢ بَنِىٓ ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا۟ بَلَىٰ شَهِدْنَآ أَن تَقُولُوا۟ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَٰفِلِينَ ﴿١٧٢﴾
Dan
(ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu
Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya
berfirman), "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab, "Betul
(Engkau Tuhan kami), kami bersaksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar
di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, "Sesungguhnya ketika itu kami lengah
terhadap ini."
Dalam ayat lain ditegaskan bahwa tujuan penciptaan perempuan
sebagai manifestasi dari komitmen Tuhan yang menciptakan hambanya dalam keadaan
berpasang-pasangan (Q.S. al-Dzariyat/51: 49).
Dan
segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu mengingat (kebesaran
Allah).
كَيْفَ تَقْضِي إِذَا عَرَضَ لَكَ قَضَاءٌ؟»، قَالَ: أَقْضِي بِكِتَابِ
اللَّهِ، قَالَ: «فَإِنْ لَمْ تَجِدْ فِي كِتَابِ اللَّهِ؟»، قَالَ: فَبِسُنَّةِ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «فَإِنْ لَمْ تَجِدْ فِي
سُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَلَا فِي كِتَابِ
اللَّهِ؟» قَالَ: أَجْتَهِدُ رَأْيِي، وَلَا آلُو فَضَرَبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَدْرَهُ، وَقَالَ: «الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي وَفَّقَ
رَسُولَ، رَسُولِ اللَّهِ لِمَا يُرْضِي رَسُولَ اللَّهِ
Bagaimana engkau menghukum perkara di sana? Dijawab oleh Mu’az: aku
memutuskan berdasarkan apa yang telah ditetapkan Allah swt. di dalam Al-Qur’an.
Nabi saw. bertanya lagi, jika engkau tidak mendapatkan hukumnya di dalam Al-Qur’an?
Dijawab oleh Mu’az, aku memutuskannya berdasarkan hadis Rasulullah saw. Ditanya
lagi oleh Nabi saw., jika engkau tidak mendapatkannya di dalam hadis, maka
dijawab lagi oleh Mu’az, aku memutuskan berdasatrkan ijtihadku ya Rasulullah.
Kemudian Rasulullah saw. mengapresiasi kecerdasan Mu’az. (HR. Abu Daud, 3592,
III/303)
لاَ يُصَلِّيَنَّ أَحَدٌ العَصْرَ إِلَّا فِي بَنِي قُرَيْظَةَ» فَأَدْرَكَ
بَعْضَهُمُ العَصْرُ فِي الطَّرِيقِ، فَقَالَ بَعْضُهُمْ: لاَ نُصَلِّي حَتَّى
نَأْتِيَهَا، وَقَالَ بَعْضُهُمْ: بَلْ نُصَلِّي، لَمْ يُرَدْ مِنَّا ذَلِكَ،
فَذُكِرَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَلَمْ يُعَنِّفْ وَاحِدًا
مِنْهُمْ
Janganlah ada seorang di antara kalian yang shalat ashar kecuali di
Bani Quraidhah. Muncul masalah di lapangan, Bani Quraidhah masih lumayan jauh,
sementara maghrib sudah mau masuk. Salah seorang sahabat Nabi saw. shalat
dengan alasan shalat Ashar dan Magrib tidak bisa dijamak. Sementara sahabat
lain tidak menyelenggarakan shalat Ashar karena belum sampai di Bani Quraidhah.
Alhasil, setelah sahabat Nabi saw. itu kembali dan melaporkan peristiwa yang
dialami keduanya, lalu Nabi saw. membenarkan kedua-duanya. (HR.
Bukhari, 946, II/15)
Kasus yang hampir sama juga pernah dialami sahabatnya yang
melakukan perjalanan panjang di Padang Pasir.
فَقَالَ عَمَّارُ بْنُ يَاسِرٍ لِعُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ: أَمَا تَذْكُرُ
أَنَّا كُنَّا فِي سَفَرٍ أَنَا وَأَنْتَ، فَأَمَّا أَنْتَ فَلَمْ تُصَلِّ،
وَأَمَّا أَنَا فَتَمَعَّكْتُ فَصَلَّيْتُ، فَذَكَرْتُ لِلنَّبِيِّ صلّى الله عليه
وسلم، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّمَا كَانَ
يَكْفِيكَ هَكَذَا» فَضَرَبَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
بِكَفَّيْهِ الأَرْضَ، وَنَفَخَ فِيهِمَا، ثُمَّ مَسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ
وَكَفَّيْهِ
Keduanya bermimpi basah di perjalanan. Seorang di antaranya mandi
junub dengan berguling-giling di pasir dengan alasan pasir pengganti air dengan
analogi dalam tayammum. Sahabat lainnya cukup hanya bertayammum karena pasir
tidak menggantikan air dalam soal mandi, hanya soal wudhu. Akhirnya, keduanya melaporkan soal ini kepada Nabi
saw., lalu Nabi saw. menjawab semuanya benar, tetapi lain kali cukup dengan
bertayammum. (HR. al-Bukhari, 338, I/75)
إِنَّ أُمَّتِي لَا تَجْتَمِعُ عَلَى ضَلَالَةٍ…
“Sahabatku tidak akan pernah mungkin bersepakat kepada hal-hal yang
tidak benar”. (HR. Ibnu Majah, 3950, II/1303)
وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ
فَاتَّقُونِ (52)
Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kalian
semua, agama yang satu dan Aku adalah Tuhan kalian, maka bertakwalah kepada-Ku. (Q.S. al-Mu’minun/23: 52).
إِلَّا الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ
وَالْوِلْدَانِ لَا يَسْتَطِيعُونَ حِيلَةً وَلَا يَهْتَدُونَ سَبِيلًا (98)
Kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki atau
wanita atau pun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui
jalan (untuk hijrah)”. (Q.S. al-Nisa’/4: 98).
أَنَّهُ سَمِعَ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ،
يَقُولُ: جَاءَ ثَلاَثَةُ رَهْطٍ إِلَى بُيُوتِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَسْأَلُونَ عَنْ عِبَادَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، فَلَمَّا أُخْبِرُوا كَأَنَّهُمْ تَقَالُّوهَا، فَقَالُوا: وَأَيْنَ
نَحْنُ مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ قَدْ غُفِرَ لَهُ مَا
تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ، قَالَ أَحَدُهُمْ: أَمَّا أَنَا
فَإِنِّي أُصَلِّي اللَّيْلَ أَبَدًا، وَقَالَ آخَرُ: أَنَا أَصُومُ الدَّهْرَ
وَلاَ أُفْطِرُ، وَقَالَ آخَرُ: أَنَا أَعْتَزِلُ النِّسَاءَ فَلاَ أَتَزَوَّجُ
أَبَدًا، فَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَيْهِمْ،
فَقَالَ: «أَنْتُمُ الَّذِينَ قُلْتُمْ كَذَا وَكَذَا، أَمَا وَاللَّهِ إِنِّي
لَأَخْشَاكُمْ لِلَّهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ، لَكِنِّي أَصُومُ وَأُفْطِرُ،
وَأُصَلِّي وَأَرْقُدُ، وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ، فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي
فَلَيْسَ مِنِّي»
Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Amir Abu
Maryam Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ja'far Telah mengabarkan
kepada kami Humaid bin Abu Humaid Ath Thawil bahwa ia mendengar Anas bin Malik
radliallahu 'anhu berkata; Ada tiga orang mendatangi rumah isteri-isteri Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam dan bertanya tentang ibadah Nabi shallallahu
'alaihi wasallam. Dan setelah diberitakan kepada mereka, sepertinya mereka
merasa hal itu masih sedikit bagi mereka. Mereka berkata, "Ibadah kita tak
ada apa-apanya dibanding Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, bukankah
beliau sudah diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan juga yang akan
datang?" Salah seorang dari mereka berkata, "Sungguh, aku akan shalat
malam selama-lamanya." Kemudian yang lain berkata, "Kalau aku, maka
sungguh, aku akan berpuasa Dahr (setahun penuh) dan aku tidak akan
berbuka." Dan yang lain lagi berkata, "Aku akan menjauhi wanita dan
tidak akan menikah selama-lamanya." Kemudian datanglah Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam kepada mereka seraya bertanya: "Kalian
berkata begini dan begitu. Ada pun aku, demi Allah, adalah orang yang paling
takut kepada Allah di antara kalian, dan juga paling bertakwa. Aku berpuasa dan
juga berbuka, aku shalat dan juga tidur serta menikahi wanita. Barangsiapa yang
benci sunnahku, maka bukanlah dari golonganku." (HR. Bukhari, 5063, VII/2)
عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ العَاصِ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبِضُ العِلْمَ
انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ العِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ العِلْمَ بِقَبْضِ
العُلَمَاءِ، حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا
جُهَّالًا، فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ، فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا»
Dari Abdullah bin 'Amru bin Al 'Ash berkata; aku mendengar Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya Allah tidaklah
mencabut ilmu sekaligus mencabutnya dari hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu
dengan cara mewafatkan para ulama hingga bila sudah tidak tersisa ulama maka
manusia akan mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh, ketika mereka
ditanya mereka berfatwa tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan". (H.R. Al-Bukhari, 100, I/31)
…وَأَمَرَ بِدَفْنِهِمْ
بِدِمَائِهِمْ، وَلَمْ يُصَلِّ عَلَيْهِمْ، وَلَمْ يُغَسِّلْهُمْ،
“...Beliau memerintahkan agar menguburkan mereka dengan
darah-darah mereka dan tidak dishalatkan dan juga tidak dimandikan”, kata Rasulullah saw. (HR. Al-Bukhari, 4079, V/102).
وَمِدَادُ مَا
تَجْرِي بِهِ أَقْلَامُهُمْ ... أَزْكَى وَأَفْضَلُ مِنْ دَمِ الشُّهَدَاءِ
“Goresan tinta para ulama lebih utama dari
pada tumpahan darah para syuhada”. (Abu ‘Umar Yusuf bin Abdullah Al-Qurtuby, Jami’ Bayan al-‘Ilm wa
Fadhlih, 156, I/151)
وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ
الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَمَنْ قُتِلَ مَظْلُومًا فَقَدْ
جَعَلْنَا لِوَلِيِّهِ سُلْطَانًا فَلَا يُسْرِفْ فِي الْقَتْلِ إِنَّهُ كَانَ
مَنْصُورًا (33)
"Dan
janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan
dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka
sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi
janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah
orang yang mendapat pertolongan". (Q.S. al-Isra'/17: 33).
وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ نَحْنُ
نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ إِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْئًا كَبِيرًا (31)
"Dan
janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan
memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka
adalah suatu dosa yang besar". (Q.S. al-Isra'/17: 31).
رجعنا من
الجهاد الأصغر إلى الجهاد الأكبر
"Kita baru saja kembali dari medan
perang kecil ke medan perang yang lebih besar, yaitu melawan hawa nafsu".
(Al-Ghazali, Ihya’ ’Ulumiddin, III/ 7)
يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا
خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ
لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ
عَلِيمٌ خَبِيرٌ (13)
"Hai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kalian
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling kenal mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling
bertakwa di antara kalian." (Q.S. Al-Hujurat/49: 13).
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ…
Sesungguhnya
orang-orang yang memiliki keimanan (kepada Tuhan) adalah bersaudara karena itu
damaikanlah antara kedua saudaramu (jika terjadi konflik)… (Q.S. al-Hujurat/49: 10).
… لَا تَدْخُلُوا مِنْ بَابٍ وَاحِدٍ
وَادْخُلُوا مِنْ أَبْوَابٍ مُتَفَرِّقَةٍ…
"…Janganlah kamu (bersama-sama) masuk dari satu pintu gerbang,
dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlain-lain…". (Q.S. Yusuf/12:
67).
…وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى
اللَّهِ…
"...Dan bermusyawaratlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah
kepada Allah". (Q.S. Ali 'Imran/3: 159).
…وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ وَأَحْسِنُوا
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
"...Dan janganlah kalian menjatuhkan
dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (Q.S. al-Baqarah/2: 195).
…وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلَّا تَعْدِلُوا…
"…Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,
mendorong kalian untuk berlaku tidak adil…". (Q.S.
al-Maidah/5: 8).
قُلْ يَاأَهْلَ الْكِتَابِ
تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ…
"Katakanlah: "Hai Ahli Kitab,
marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada
perselisihan antara kami dan kamu...". (Q.S. Ali 'Imran/3: 64).
إِنِّي وَجَدْتُ امْرَأَةً
تَمْلِكُهُمْ وَأُوتِيَتْ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ وَلَهَا عَرْشٌ عَظِيمٌ (23)
Sungguh, kudapati ada seorang perempuan
yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta memiliki
singgasana yang besar (Q.S. al-Naml/27: 23).
لَيْسَ مِنْ رَجُلٍ ادَّعَى لِغَيْرِ
أَبِيهِ وَهُوَ يَعْلَمُهُ إِلَّا كَفَرَ، وَمَنِ ادَّعَى مَا ليْسَ لَهُ فَلَيْسَ
مِنَّا، وَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ، وَمَنْ دَعَا رَجُلًا
بِالْكُفْرِ، أَوْ قَالَ: عَدُوُّ اللهِ وَلَيْسَ كَذَلِكَ إِلَّا حَارَ عَلَيْهِ
Tidaklah seorang laki-laki yang mengklaim orang lain sebagai bapaknya,
padahal ia telah mengetahuinya (bahwa dia bukan bapaknya), maka ia telah kafir.
Barangsiapa mengaku sesuatu yang bukan miliknya maka ia bukan dari golongan
kami, dan hendaklah dia menempati tempat duduknya dari neraka. Dan barangsiapa
memanggil seseorang dengan kekufuran, atau berkata, 'Wahai musuh Allah' padahal
tidak demikian, kecuali perkataan tersebut akan kembali kepadanya (H.R. Muslim, 112, I/79)
لاَ يَرْمِي رَجُلٌ رَجُلًا بِالفُسُوقِ،
وَلاَ يَرْمِيهِ بِالكُفْرِ، إِلَّا ارْتَدَّتْ عَلَيْهِ، إِنْ لَمْ يَكُنْ
صَاحِبُهُ كَذَلِكَ
Tidaklah seseorang melempar tuduhan kepada orang lain dengan kefasikan,
dan tidak pula menuduh dengan kekufuran melainkan (tuduhan itu) akan kembali
kepadanya, jika saudaranya tidak seperti itu (H.R. Bukhari, 6045, VIII/15)
إِنَّ اللَّهَ لَمْ يَبْعَثْنِي مُعَنِّفًا،
وَلَكِنْ بَعَثَنِي مُعَلِّمًا مُيَسِّرًا
Sesungguhnya Allah swt. tidak mengutusku untuk
melakukan kekerasan, tetapi untuk mengajar (mu’allim) dan memberi kemudahan
(muyassir)”. (H.R. Ahmad dalam Kitab Musnad, 14515,
XXII/391 dan Muslim, 1478, II/1104).
أُذِنَ لِلَّذِينَ يُقَاتَلُونَ
بِأَنَّهُمْ ظُلِمُوا…
“Telah
diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya
mereka telah dianiaya...” (Q.S. al-Hajj/22: 39).
Yang
diberi pembenaran untuk dilakukan peperangan ialah pemberontakan (al-bagyu/Q.S.
al-Nahl/16: 90),
إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُ بِٱلْعَدْلِ
وَٱلْإِحْسَٰنِ وَإِيتَآئِ ذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ
وَٱلْمُنكَرِ وَٱلْبَغْىِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ ﴿٩٠﴾
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku
adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang
(melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
Perbuatan
sewenang-wenang yang melampaui batas (Tathgu/Q.S. Hud/11: 112),
فَٱسْتَقِمْ كَمَآ أُمِرْتَ وَمَن تَابَ
مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا۟ إِنَّهُۥ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ ﴿١١٢﴾
Maka tetaplah engkau (Muhammad) (di jalan
yang benar), sebagaimana telah diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang
bertobat bersamamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sungguh, Dia Maha
Melihat apa yang kamu kerjakan.
Permusuhan
(‘Udwan/Q.S. al-Baqarah/2: 193),
وَقَٰتِلُوهُمْ حَتَّىٰ لَا تَكُونَ
فِتْنَةٌ وَيَكُونَ ٱلدِّينُ لِلَّهِ فَإِنِ ٱنتَهَوْا۟ فَلَا عُدْوَٰنَ إِلَّا
عَلَى ٱلظَّٰلِمِينَ ﴿١٩٣﴾
Dan perangilah mereka itu sampai tidak ada
lagi fitnah, dan agama hanya bagi Allah semata. Jika mereka berhenti, maka
tidak ada (lagi) permusuhan, kecuali terhadap orang-orang zalim.
وَإِلَىٰ
مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا قَالَ يَٰقَوْمِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ
إِلَٰهٍ غَيْرُهُۥ قَدْ جَآءَتْكُم بَيِّنَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ فَأَوْفُوا۟
ٱلْكَيْلَ وَٱلْمِيزَانَ وَلَا تَبْخَسُوا۟ ٱلنَّاسَ أَشْيَآءَهُمْ وَلَا
تُفْسِدُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَٰحِهَا ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن
كُنتُم مُّؤْمِنِينَ ﴿٨٥﴾
“Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk
Madyan saudara mereka, Syuaib. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah,
sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang
kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan
timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan
timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan
memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu
orang-orang yang beriman". (Q.S. al-A’raf/7: 85).
قَالَ
ٱلْمَلَأُ
ٱلَّذِينَ
ٱسْتَكْبَرُوا۟
مِن قَوْمِهِۦ
لَنُخْرِجَنَّكَ
يَٰشُعَيْبُ
وَٱلَّذِينَ
ءَامَنُوا۟
مَعَكَ مِن
قَرْيَتِنَآ
أَوْ لَتَعُودُنَّ
فِى مِلَّتِنَا
قَالَ أَوَلَوْ
كُنَّا كَٰرِهِينَ
﴿٨٨﴾
88)“Pemuka-pemuka
dari kaum Syuaib yang menyombongkan diri berkata: "Sesungguhnya kami akan
mengusir kamu hai Syuaib dan orang-orang yang beriman bersamamu dari kota kami,
kecuali kamu kembali kepada agama kami". Berkata Syuaib: "Dan
apakah (kamu akan mengusir kami), kendatipun kami tidak menyukainya?"
وَقَالَ
ٱلْمَلَأُ
ٱلَّذِينَ
كَفَرُوا۟
مِن قَوْمِهِۦ
لَئِنِ ٱتَّبَعْتُمْ
شُعَيْبًا
إِنَّكُمْ
إِذًا لَّخَٰسِرُونَ
﴿٩٠﴾
90) Pemuka-pemuka
kaum Syuaib yang kafir berkata (kepada sesamanya): "Sesungguhnya jika kamu
mengikuti Syuaib, tentu kamu jika berbuat demikian (menjadi) orang-orang yang
merugi". (Q.S. al-A’raf/7: 88 dan 90).
فَأَخَذَتْهُمُ ٱلرَّجْفَةُ
فَأَصْبَحُوا۟ فِى دَارِهِمْ جَٰثِمِينَ ﴿٩١﴾ ٱلَّذِينَ كَذَّبُوا۟ شُعَيْبًا
كَأَن لَّمْ يَغْنَوْا۟ فِيهَا ٱلَّذِينَ كَذَّبُوا۟ شُعَيْبًا كَانُوا۟ هُمُ
ٱلْخَٰسِرِينَ ﴿٩٢﴾
(yaitu)
orang-orang yang mendustakan Syuaib seolah-olah mereka belum pernah berdiam di
kota itu; orang-orang yang mendustakan Syuaib mereka itulah orang-orang yang
merugi. (Q.S. al-A’raf/7: 91-92).
وَمَا أَنَا بِطَارِدِ
الْمُؤْمِنِينَ (114)
Dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang
beriman. (Q.S. al-Syu'ara/26: 114).
…وَأَنْ
أَقُولَ بِالْحَقِّ وَإِنْ كَانَ مُرًّا…
“...Katakanlah kebenaran itu sekalipun pahit
akibatnya...” (H.R. Ahmad, 21415, XXXV/327)
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا
كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (183)
Hai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu agar kamu bertakwa. (Q.S. al-Baqarah/2: 183).
وَلَا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ
أَنْكَاثًا تَتَّخِذُونَ أَيْمَانَكُمْ دَخَلًا بَيْنَكُمْ أَنْ تَكُونَ أُمَّةٌ
هِيَ أَرْبَى مِنْ أُمَّةٍ إِنَّمَا يَبْلُوكُمُ اللَّهُ بِهِ وَلَيُبَيِّنَنَّ
لَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ (92)
Dan
janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah
dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah
(perjanjian) mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu
golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Sesungguhnya
Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. Dan sesungguhnya di hari kiamat akan
dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu. (Q.S.
al-Nahl/16: 92).
إِلَّا الَّذِينَ عَاهَدْتُمْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ ثُمَّ لَمْ
يَنْقُصُوكُمْ شَيْئًا وَلَمْ يُظَاهِرُوا عَلَيْكُمْ أَحَدًا فَأَتِمُّوا
إِلَيْهِمْ عَهْدَهُمْ إِلَى مُدَّتِهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ (4)
“Kecuali
orang-orang musyrikin yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) dan
mereka tidak mengurangi sesuatu pun (dari isi perjanjian) mu dan tidak (pula)
mereka membantu seseorang yang memusuhi kamu, maka terhadap mereka itu
penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertakwa. (Q.S. al-Taubah/9: 4).
…فَاقْتُلُوا الْمُشْرِكِينَ حَيْثُ
وَجَدْتُمُوهُمْ وَخُذُوهُمْ وَاحْصُرُوهُمْ وَاقْعُدُوا لَهُمْ كُلَّ مَرْصَدٍ…
“…bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka,
dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian…” (Q.S. al-Taubah/9: 5).
فَإِذَا انْسَلَخَ الْأَشْهُرُ الْحُرُمُ فَاقْتُلُوا الْمُشْرِكِينَ
حَيْثُ وَجَدْتُمُوهُمْ وَخُذُوهُمْ وَاحْصُرُوهُمْ وَاقْعُدُوا لَهُمْ كُلَّ
مَرْصَدٍ فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ فَخَلُّوا
سَبِيلَهُمْ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (5)
“Apabila
sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu di
mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan
intailah di tempat pengintaian. Jika mereka bertobat dan mendirikan salat dan
menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Q.S. al-Taubah/9: 5).
وَإِنْ أَحَدٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّى
يَسْمَعَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ أَبْلِغْهُ مَأْمَنَهُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ
لَا يَعْلَمُونَ (6)
“Dan
jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu,
maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian
antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum
yang tidak mengetahui”. (Q.S. al-Taubah/9: 6).
الْكَلِمَةُ
الْحِكْمَةُ ضَالَّةُ الْمُؤْمِنِ، حَيْثُمَا وَجَدَهَا فَهُوَ أَحَقُّ بِهَا
“Hikmah
ada di mana-mana, ambillah darimana pun datangnya karena itu milik umat Islam
yang tercecer”.(HR. Ibnu Majah, 4169, II/1395)
إِنَّمَا
بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ
Sesungguhnya
aku diutus hanya untuk menyempurnakan nilai-nilai peradaban (akhlak) masa
lampau.(HR. Al-Baihaqi, 20782, X/323)
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى
تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ
اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ
اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ (120)
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga
kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah
itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti
kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi
menjadi pelindung dan penolong bagimu. (Q.S.
al-Baqarah/2: 120).
…فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ…
...Hadapkanlah mukamu ke arah
Ka’bah...(Q.S. al-Baqarah/2: 150).
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ فَلَا
يَقْرَبُوا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ بَعْدَ عَامِهِمْ هَذَا وَإِنْ خِفْتُمْ
عَيْلَةً فَسَوْفَ يُغْنِيكُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ إِنْ شَاءَ إِنَّ اللَّهَ
عَلِيمٌ حَكِيمٌ (28)
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik
itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam sesudah tahun ini. Dan
jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberikan kekayaan
kepadamu dari karuniaNya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.
(Q.S. at-Taubah/9: 28)
مُذَبْذَبِينَ بَيْنَ ذَلِكَ لَا إِلَى هَؤُلَاءِ وَلَا إِلَى
هَؤُلَاءِ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ سَبِيلًا (143)
“Mereka dalam keadaan ragu-ragu
antara yang demikian (iman atau kafir): tidak masuk kepada golongan ini
(orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir).
Barang siapa yang disesatkan Allah, maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat
jalan (untuk memberi petunjuk) baginya”. (Q.S. al-Nisa’/4: 143).
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْكَافِرِينَ
أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَتُرِيدُونَ أَنْ تَجْعَلُوا لِلَّهِ
عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا مُبِينًا (144)
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan
orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah
(untuk menyiksamu)?”. (Q. al-Nisa’/4: 144).
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ
وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا (145)
“Sesungguhnya orang-orang munafik
itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu
sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.” (Q.S.
al-Nisa’/4: 145).
Q.S. al-‘Ankabut/29: 69
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ
اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ (69)
“Orang yang benar-benar bermujahadah di jalan Kami (Allah), akan
Kami berikan petunjuk pada jalan Kami.”
وعنْ
أبي سعِيدٍ سَعْد بْنِ مالكِ بْنِ سِنانٍ الْخُدْرِيِّ رضي الله عنه أَن نَبِيَّ
الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَال: "كَانَ فِيمنْ كَانَ قَبْلكُمْ
رَجُلٌ قَتَلَ تِسْعةً وتِسْعين نفْساً، فسأَل عَنْ أَعلَم أَهْلِ الأَرْضِ فدُلَّ
عَلَى راهِبٍ، فَأَتَاهُ فقال: إِنَّهُ قَتَل تِسعةً وتسعِينَ نَفْساً، فَهلْ لَهُ
مِنْ توْبَةٍ؟ فقالَ: لا فقتلَهُ فكمَّلَ بِهِ مِائةً ثمَّ سألَ عَنْ أَعْلَمِ
أهلِ الأرضِ، فدُلَّ على رجلٍ عالمٍ فقال: إنهَ قَتل مائةَ نفسٍ فهلْ لَهُ مِنْ
تَوْبةٍ؟ فقالَ: نَعَمْ ومنْ يحُولُ بيْنَهُ وبيْنَ التوْبة؟ انْطَلِقْ إِلَى
أَرْضِ كَذَا وكَذَا، فإِنَّ بِهَا أُنَاساً يعْبُدُونَ الله تَعَالَى فاعْبُدِ
الله مَعْهُمْ، ولاَ تَرْجعْ إِلى أَرْضِكَ فإِنَّهَا أَرْضُ سُوءٍ، فانطَلَق
حتَّى إِذا نَصَف الطَّريقُ أَتَاهُ الْموْتُ فاختَصمتْ فيهِ مَلائكَةُ
الرَّحْمَةِ وملاكةُ الْعَذابِ. فقالتْ ملائكةُ الرَّحْمَةَ: جاءَ تائِباً مُقْبلا
بِقلْبِهِ إِلى اللَّهِ تَعَالَى، وقالَتْ ملائكَةُ الْعذابِ: إِنَّهُ لمْ يَعْمَلْ
خيْراً قطُّ، فأَتَاهُمْ مَلكٌ في صُورَةِ آدَمِيٍّ فجعلوهُ بيْنهُمْ أَي
-حَكَماً- فقالَ قِيسُوا ما بَيْن الأَرْضَين فإِلَى أَيَّتهما كَان أَدْنى فهْو
لَهُ، فقاسُوا فوَجَدُوه أَدْنى إِلَى الأَرْضِ التي أَرَادَ فَقبَضْتهُ مَلائكَةُ
الرَّحمةِ" متفقٌ عليه.
Hadis ini menceritakan seorang laki-laki penjahat yang sangat brutal. Suatu
hari ia mencari seorang ulama untuk berkonsultasi. Akhirnya ia ketemu seorang
ulama lalu ia bertanya: "Apa masih ada kemungkinan Tuhan memaafkan
dosa-dosa saya, masih ada kemungkinan saya masuk surga?". Sang ulama
bertanya: "Dosa-dosa apa saja yang engkau pernah lakukan?". Dijawab:
"Semua dosa-dosa paling besar saya pernah lakukan, seperti merampok,
memperkosa, bahkan sudah membunuh 99 orang". Sang ulama terkaget-kaget mendengarkan
cerita itu. Sang ulama menjawab: "Jangankan membunuh 99 orang seorang saja
orang yang engkau bunuh pasti engkau masuk neraka". Mendengarkan jawaban
itu, si penjahat itu menghunus pedangnya dan menebas leher sang ulama itu, maka
jadilah 100 orang yang dibunuhnya.
Si
penjahat dengan tenang meninggalkan tempat itu lalu bertanya lagi kepada orang,
apakah masih ada ulama lain di tempat ini? lalu ditunjukkanlah seorang ulama di
luar perkampungan itu. Alhasil, si penjahat menuju ke tempat ulama yang kedua.
Entah apa yang terjadi, di tengah jalan si penjahat terjatuh dan meninggal
dunia saat itu. Tidak lama kemudian muncul malaikat penjaga neraka mengatakan
sudah lama saya tunggu-tunggu kedatanganmu. Tidak lama
kemudian muncul juga malaikat penjaga surga mengatakan ini bagianku. Lalu
kedua malaikat itu bertengkar memerebutkan si penjahat. Malaikat penjaga neraka
mengatakan bagaimana mungkin penjahat kelas berat ini menjadi bagianmu? Dijawab
oleh malaikat penjaga surga: Diakan sudah menunjukkan bukti kesadaran untuk
bertobat, sudah berjalan jauh mencari tempat pertobatan. Tidak lama kemudian
datang malaikat hakim yang diutus Tuhan untuk melerai polemik kedua penegak
hukum itu. Jalan keluar yang ditawarkan adalah dengan mengukur jarak perjalanan
si penjahat. Berapa langkah ia dari rumah ulama yang di bunuh dan berapa
langkah lagi ke rumah ulama kedua yang dituju si penjahat itu. Setelah
ketiganya melakukan pengukuran, maka ditemukan bahwa ia berada satu langkah
lebih dekat ke rumah ulama kedua. Maka malaikat hakim memenangkan malaikat
penjaga surga. Kemudian masuklah orang yang sepanjang hidupnya melakukan dosa
itu ke dalam surga, dengan pertobatan tulusnya yang diterima oleh Allah swt. Di
akhir hidupnya.
(HR. Muttafaq ‘Alaih, Riyadhushshalihin, Imam Al-Nawawi, 20, h. 36)
…لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ…
...Jangan putus asa dari rahmat Allah...(Q.S.
al-Zumar/39: 53)
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ…
Laki-laki
merupakan pemimpin bagi perempuan...(Q.S. al-Nisa'/4: 32).
لَنْ
يُفْلِحَ قَوْمٌ وَلَّوْا أَمْرَهُمُ امْرَأَةً
Tidak akan
beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusannya diurus oleh seorang perempuan (H.R. Al-Bukhari, 4425, VI/8)
…لِكُلٍّ
جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ
أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ فَاسْتَبِقُوا
الْخَيْرَاتِ…
“…untuk
tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang.
Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja),
tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka
berlomba-lombalah berbuat kebajikan...” (Q.S.
al-Maidah/5: 48).
وَأَقِيمُوا
الصَّلَاةَ…
Dirikanlah kalian shalat...(Q.S.
al-Baqarah/2: 43)
…لَا
تَأْكُلُوا الرِّبَا أَضْعَافًا مُضَاعَفَةً…
…Jangan memakan
riba yang berlipat ganda… (Q.S. Ali ‘Imraan/3: 130).
يَاأَيُّهَا
النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ
وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ (73)
"Wahai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan
orang-orang munafik, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka
adalah neraka jahannam. Dia itulah seburuk-buruk tempat kembali." (Q.S.
at-Taubah/9: 73).
إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ (17)
"Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya
(di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. (Q.S.
al-Qiyamah/75: 17).
…إِنَّا
لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156)
…Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali (Q.S.
al-Baqarah/2: 156).